Jumat, 14 Juli 2017

filosofi blangkon



"Blangkon iku sajinis panutup sirah kanggo wong priyo sing sejatine wujud modern lan praktis soko iket. Iket digawesoko kain batik sing rodho dowo banjur dililitake miturut cara-cara lilitan tinentu neng sirah. Lilitan kain iku kudu isa nutup kabeh sirah (ndhuwur kuping).
Ya,blangkon adalah salah satu bagian dari pakaian adat khas jawa yang digunakan untuk penutup kepala bagi pria sebagai pelindung dari sengatan matahari dan udara dingin. Awalnya terbuat dari kain iket atau udeng berbentuk persegi empat bujur sangkar,berukuran kurang lebih 105 cm x 105 cm.kain yang kemudian dilipat dua menjadi segitiga dan kemudian dililitkan dikepaladengan cara dan aturan tertentu. Mengenakan iket dengan segala aturannya ternyata tidak mudah dan memakan wakru,maka timbullah gagasan seiring dengan kemajuan pemikiran orang dan seni untuk membuat penutup kepala yang lebih praktis,kemudian kita kenal dengan nama blangkon.
Tidak ada catatan sejarah yang pasti akan asal muasal orang jawa memakai iket sebagai penutup kepala,iket telah tersebut dalam legenda aji saka,penciptatahun saka atau tahun jawa,sekitar 20 abad yang lalu dimana aji saka berhasil mengalahkan dewata cengkar hanya dengan menggelar kain penutup kepala yang kemudian dapat menutupi seluruh tanah jawa.selain itu,ada cerita-ceritabahwa iket adalah pengaruh budaya hindu dan islam,para pedagang dari gujarat yang keturunan arab selalu mengenakan sorban,kain panjang yang dililitkan dikepala,yang kemudian menginspirasi orang jawa memakai ikat kepala seperti mereka. Cerita lain mengatakan disatu waktu akibat peperangan kain menjadi barang yang sulit didapat sehingga petinggi keraton meminta seniman untuk menciptakan ikat kepala yang lebih efisien yaitu blangkon.
Seorang ahli kebudayaan bernama becker yang meneliti tata cara pembuatan blangkon mengatakan,"that an object is useful,that it required virtuoso skill to make-neither of these precludes it from also thought beautiful. Some craft generate from within their own tradition a feeling for beauty and with it appropriete aesthetic standars and common of taste". Pada jaman dahulu,blangkon memang hanya dibuat oleh para seniman yang ahli dengan pakem (aturan) tentang iket. Semakinmemenuhi pakem yang diterapkan,maka blangkon tersebut akan semakin tinggi nilainya.
Bagi orang jawa,kepala,rambut dan wajah adalah mahkota,bagian yang terpenting dan terhormat dari tubuh manusia,yang harus selalu dilindungi dan diperhatikan. Kebanyakan orang jawa dahulu memanjangkan rambutnya tapi tidak membiarkannya acak-acakan. Rambut biasanya digelung atau diikat dengan ikatan kain,yang saat ujung ikatan kain tersebut diikat dibelakang kepala bermakna filosofis berupa peringatan untuk mampumengendalikan diri. Pria jawa jaman dahulu hanya membiarkan rambutnyatergerai hanya saat berada dirumah ata dalam sebuah konflik,misal perang atau berkelahi. Membuka ujung ikatan kain di belakang kepala (atau membuka tutp kepala) berakibat tergerainya rambut adalah bentuk terakhir luapan emosi yang tak tertahan .jadi iket atau blangkon adalah perwujudan pengendalian diri.
Saat agama islam masuk ketanah jawa,blangkon dikaitkan dengan nilai transdental. Dibagian belakang blangkon pasti ada 2 ujung kain yang terikat,yang satu ujung kain merupakan simbol dari syahadat tauhid dan satu ujung lain adalah syahadat rasul dan terikat menjadi satu bermakna menjadi syahadatain . Setelah terikat ,kemudian dipakai dikepala,dibagian yang bagi orang jawa adalah bagian terhormat,artinya syahadat harus ditempatkan paling atas. Pemikiran apapun yang keluar dari kepala harus dilingkupi oleh sendi-sendi islam.
Pada perkembangannya kemudian,blangkon yang awalnya menjadi pelindung kepala yang mempunyai nilai filosofis tinggi kemudian menjadi sebuah simbol atau identitas kelompok serta status sosial dari masyarakat penggunanya.Hal ini ditandai dengan adanya wiron,jabehan,cepet,waton,kuncungan,corak,dan ragam hiasnya. Tetapi apapun itu,sebagai orang jawa tulen,bila anda tidak mampu mengendalikan emosi dan nafsu maka anda tidak berhak mengenakan iket blangkon dikepala !!
Secara umum,ada dua jenis blangkon yaitu yang mempunyai mondolan (tonjolan ) dan yang trepes (rata). Pada awal iket dipergunakan sebagai tutup kepala,banyak pria jawa yang berambut panjang sehingga harus digelung terlebih dahulu sebelum ditutup dengan iket. Gelung rambut ini lah yang kemudian mondol,menonjol,dan disembunyikan dibawah iket. Rambut dalam nilai filosofi orang jawa yang sudah disebutkan diatas adalah representasi perasaan. Rambut dibawah iket adalah perasaan yang disembunyikan ,yanh harus dijaga rapat-rapat.menjaga perasaan sendiri demi menjaga perasaan orang lain.
Sebagai bagian dari taktik devide et impera ,VOC menengahi dan memanfaatkan konflik internal kerajaan mataram. Setelah ditanda tanganinya perjanjian gianti (1755) kesultanan mataram terbagi menjadi dua yaitu yogyakarta dan surakarta.masyarakat dikedua daerah ini kemudian tumbuh dengan caranya sendiri-sendiri. Salah satunya adalah pria jogja masih berambut panjang dan menggelung rambutnya,sementara pria surakarta karena lebih dekat dengan orang-orang belanda terlebih dahulu mengenal cara bercukur. Walaupun kemudian orang mulai banyak berambut pendek dan menggunakan blangkon (tidak lagi iket),untuk sebuah pembedaan maka dibuatlah mondholan yang dijahit langsung pada blangkon dengan mondholan yang dijahit langsung pada blangkon dari jogja. Itu mengapa blangkon dengan mondholan dapat ditemukan di jogja,sementara yang trepes ditemukan di solo.
Sebenarnya ada banyak varian dari blangkon,yaitu:
1. kejawen (meliputi daerah banyumas,bagelen,yogyakarta,surakarta,madiun,kediri,malang) ,dapat dibedakan lagi sekurang-kurangnya dua gaya ,yakni solo dan yogyakarta.
a. gaya solo ,dapat dibedakan lagi dengan gaya utara dan selatan.
b. gaya jogja,dapat dibedakan jenis lagi menurut wironnya,yakni mataraman dan iket krepyak.
2. pasundan tidak selalu diartikan secara geografis ,misalnya banten dan cirebon masuk kelompok pesisiran .Blangkon atau bendo pasundan banyak persamaannya dengan gaya solo,namun dapat dibedakan melalui beberapa bentuk seperti barangbang semplak,sumedangan,wirahnasari dan lain-lain.
3. pesisiran adalah daerah-daerah yang berlokasi di pantai utara pulau jawa dimana corak budayanya berbeda(penerapan motif batik)dengan daerah pedalaman.
4. lain-lain  disamping yang tidak disebutkan diatas masihnterdapat corak atau gaya lain di pulau jawa seperti layaran (jawa timur,dari bengkaan),tengkulak (banten,cirebon,demak) dipakai oleh santri dan lain-lain.
jadi blangkon adalah sebuah representasi diri melalui tampilan depan yang rapi,sopan dan beseni (ditandai dengan wiru halus) dari sebuah pengendalian diri yang kuat (ikatan du ujung kain dibagian belakang) ,pengendalian diri yang juga berbasis atas hubungan manusia dengan sang pencipta.